Beranda | Artikel
Adab-Adab yang Harus Diperhatikan Saat Menasihati Orang Tua
Selasa, 6 Desember 2022

[lwptoc]

Menasihati adalah salah satu tanda kecintaan seseorang kepada orang yang dinasihatinya. Saling menasihati adalah tanda bahwa seseorang menginginkan kebaikan untuk orang yang dinasihatinya. Bahkan, Nabi jadikan nasihat sebagai salah satu intisari agama Islam yang mulia ini. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

الدِّينُ النَّصِيحةُ. قلنا : لِمَنْ ؟ قَالَ : لِلهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلأئِمَّةِ المُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ

“Agama adalah nasihat.” Kami (sahabat) bertanya, “Untuk siapa?” Beliau menjawab, “Bagi Allah, bagi kitab-Nya, bagi rasul-Nya, bagi pemimpin-pemimpin kaum muslimin, serta bagi umat Islam umumnya.” (HR. Muslim no. 55)

Pentingnya saling menasihati dalam sebuah keluarga

Saling menasihati antara anak dan orang tua tentu saja merupakan salah satu perkara yang paling wajib, selain juga merupakan salah satu pintu berbakti yang paling luas.

Mengapa? Karena keluarga kita adalah orang yang paling berhak untuk diingatkan dan dinasihati. Lihatlah bagaimana Allah Ta’ala memberikan perintah kepada Nabinya, Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam,

وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ

“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.” (QS. Asy-Syu’ara: 214)

Setelah turunnya ayat tersebut, seketika itu juga Nabi memanggil kaum Quraisy, keluarga, dan kerabat dekat beliau. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ingatkan keluarga terdekat beliau tersebut, bahkan beliau panggil namanya satu persatu.

Di ayat yang lain, Allah Ta’ala juga berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَة

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (QS. At-Tahrim: 6)

Dalam sebuah hadis, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya perihal siapa yang harus kita prioritaskan dan layak untuk mendapatkan perlakuan baik kita. Maka, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun menjawab,

أُمَّكَ وَأَبَاكَ وَأُخْتَكَ وَأَخَاكَ وَمَوْلاَكَ الذِي يَلِي ذَاكَ حَقٌّ وَاجِبٌ وَرَحِمٌ مَوْصُوْلَةٌ

“Ibumu, lalu bapakmu, lalu saudara perempuanmu, lalu saudara laki-lakimu, lalu bekas budakmu yang menjadi tanggungjawabmu. Diwajibkan untuk menjalin hubungan kerabat dengan mereka-mereka tadi.” (HR. Abu Dawud, no. 5140. Hadis ini dihukumi hasan oleh Usamah bin ‘Athaya bin ‘Utsman Al-‘Utaibi karena hadis ini punya banyak penguat atau syawahid. Lihat Taysir Al-‘Aziz Al-Hamid, 1: 544-545)

Sungguh, nasihat merupakan kebaikan dan bentuk perlakuan baik paling utama yang bisa diberikan oleh seseorang. Mereka yang paling berhak untuk mendapatkannya adalah keluarga terdekatnya. Baik ibunya, bapaknya, saudaranya, saudarinya, ataupun istri dan anak-anaknya.

Menasihati orang tua tidaklah sama sebagaimana menasihati orang lain. Orang tua kita adalah orang yang paling berjasa kepada kita. Mereka bukanlah orang-orang yang bisa kita sikapi semau kita dan sekehendak kita.

Sangat disayangkan, banyak sekali dari kaum muslimin yang semangatnya di dalam menasihati orangtuanya begitu besar. Akan tetapi, ia tidak memahami cara menasihati yang baik kepada mereka, tidak mengetahui adab-adab di dalamnya. Yang ada, bukannya orangtuanya menerima nasihat tersebut, justru ia mendapatkan kemurkaan dan ketidakridaan keduanya kepada dirinya.

Seorang muslim, jika ia mau lebih teliti dan serius mempelajari agama ini, maka ia akan mendapatkan begitu banyak tips, trik, dan petunjuk di dalam menasihati orang tua. Begitu banyak kisah-kisah, ucapan-ucapan, dan pelajaran yang bisa kita ambil dan kita praktikkan dari ayat-ayat Al-Qur’an serta hadis-hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Adab-adab dalam menasihati orang tua

Di antara beberapa adab yang bisa kita praktikkan di dalam menasihati orang tua adalah:

Menggunakan kata-kata yang lembut dan halus

Lihatlah bagaimana Nabi Ibrahim memberikan contoh yang begitu mulia kepada kita. Tentang bagaimana menasihati ayahnya yang musyrik dan menyembah berhala. Kata-kata yang keluar dari mulut beliau adalah kata-kata yang manis nan mulia. Beliau panggil ayahnya dengan sebutan yang sangat lembut, (يا أبتِ) , “Wahai ayahku”, sebagaimana firman Allah Ta’ala,

اِذْ قَالَ لِاَبِيْهِ يٰٓاَبَتِ لِمَ تَعْبُدُ مَا لَا يَسْمَعُ وَلَا يُبْصِرُ وَلَا يُغْنِيْ عَنْكَ شَيْـًٔا

“(Ingatlah) ketika dia (Ibrahim) berkata kepada ayahnya, “Wahai ayahku! Mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat, dan tidak dapat menolongmu sedikit pun?.” (QS. Maryam: 42)

Jauhilah kata-kata yang kasar dan menggurui

Allah Ta’ala berfirman,

فَلا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلاً كَرِيماً

“Maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” (QS. Al-Isra’: 23)

Allah Ta’ala melarang kita menggunakan ucapan yang mengandung makna kemarahan dan kejemuan saat sedang berbicara dengan orang tua. Allah Ta’ala juga melarang kita dari membentak mereka, bahkan jika kita sedang tidak senang dan marah karena kesalahan atau kemaksiatan yang dilakukan oleh orang tua sekali pun.

Diam dan keluar sejenak saat mendapati orang tua sedang sangat marah karena nasihat kita

Hal ini juga telah dicontohkan oleh Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, ketika beliau mengatakan,

قَالَ سَلامٌ عَلَيْكَ سَأَسْتَغْفِرُ لَكَ رَبِّي إِنَّهُ كَانَ بِي حَفِيًّا *وَاَعْتَزِلُكُمْ وَمَا تَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ وَاَدْعُوْا رَبِّيْۖ عَسٰٓى اَلَّآ اَكُوْنَ بِدُعَاۤءِ رَبِّيْ شَقِيًّا

“Dia (Ibrahim) berkata, ‘Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memohonkan ampunan bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku. Dan aku akan menjauhkan diri darimu dan dari apa yang engkau sembah selain Allah, dan aku akan berdoa kepada Tuhanku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Tuhanku.’” (QS. Maryam: 47-48)

Keluar sejenak dan menjauhkan diri di sini bukan maksudnya menyerah dari menasihati, akan tetapi maksudnya adalah mengubah rencana dan siasat serta berniat untuk mengulang upaya dan usahanya di dalam menasihati.

Meminta tolong kepada orang lain

Jika memang dirasa sudah tidak mampu menasihati keduanya, maka jangan ragu-ragu untuk meminta tolong kepada kerabat dekat dan orang-orang terdekat keduanya untuk memberikan nasihat kepada keduanya. Tidak ada salahnya meminta tolong kepada paman kita, atau teman orang tua kita untuk menyampaikan nasihat yang kita inginkan kepada keduanya. Bisa jadi mereka lebih didengar dan menjadi pintu hidayah untuk kedua orang tua kita.

Jika orang tua benar-benar tidak mau mendengar nasihat kita dan tidak mau berubah, maka teruslah berbakti kepada keduanya, teruslah berbuat baik kepada keduanya

Karena di dalam perlakuan baik kita kepada orang lain, ada hikmah dan rahasia mengagumkan yang terkadang tidak kita duga-duga. Allah Ta’ala berfirman,

وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ

“Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, sehingga orang yang ada rasa permusuhan antara kamu dan dia akan seperti teman yang setia.” (QS. Fussilat: 34)

Di dalam sebuah hadis disebutkan,

أنَّ رَجُلًا قالَ: يا رَسُولَ اللهِ، إنَّ لي قَرَابَةً أَصِلُهُمْ وَيَقْطَعُونِي، وَأُحْسِنُ إليهِم وَيُسِيؤُونَ إلَيَّ، وَأَحْلُمُ عنْهمْ وَيَجْهَلُونَ عَلَيَّ، فَقالَ: لَئِنْ كُنْتَ كما قُلْتَ، فَكَأنَّما تُسِفُّهُمُ المَلَّ وَلَا يَزَالُ معكَ مِنَ اللهِ ظَهِيرٌ عليهم ما دُمْتَ علَى ذلكَ

“Ada seseorang yang berkata, “Wahai Rasulullah! Sesungguhnya aku mempunyai kerabat, aku selalu menyambung hubungan baik dengan mereka, tetapi mereka selalu memutuskannya. Aku berbuat baik, akan tetapi mereka membalasnya dengan keburukan. Aku berlaku bijak, akan tetapi mereka berlaku bodoh.” Rasulullah kemudian bersabda, “Bila keadaannya seperti yang engkau katakan, maka mereka itu seperti meminum abu yang panas, dan senantiasa Allah akan memberikan pertolongan kepadamu selama kamu dalam keadaan demikian itu.” (HR. Muslim no. 2558)

Sungguh pertolongan Allah akan selalu menemani kita selama kita bersabar di dalam berbakti kepada orang tua, membalas keburukan dengan kebaikan dan tidak henti-hentinya berdoa serta memohon hidayah untuk diri kita dan orang tua kita.

Bisa jadi perlakuan baik kita kepada mereka menjadi pintu hidayah bagi keduanya. Sudah begitu banyak kisah yang menceritakan kondisi semacam itu dan membuktikan benarnya firman Allah Ta’ala dan sabda Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam.

Semoga Allah Ta’ala senantiasa menjaga seluruh keluarga kaum muslimin. Menanamkan akidah yang benar, budi pekerti yang baik, dan teladan yang mulia pada setiap keluarga yang ada. Wallahu a’lam bisshawab.

Baca juga: Perintah Untuk Birrul Walidain

***

Penulis: Muhammad Idris, Lc.


Artikel asli: https://muslim.or.id/81071-adab-adab-yang-harus-diperhatikan-saat-menasihati-orang-tua.html